Umar Kayam dikenal sebagai seorang sastrawan, budayawan, sekaligus sosiolog yang dimiliki Indonesia. Beliau juga merupakan seorang guru besar di Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada masa itu.
Umar Kayam juga mempunyai nama lain yaitu "Kiwari" saat perjalanan menuju Irian Jaya. Ketika itu, Umar sampai harus menerobos kelangkang tiga wanita untuk bisa diangkat sebagai anak pungut Pak Buram dari suku Asmat. Tak hanya itu saja, Umar juga mempunyai panggilan lain yaitu "Uka"
Biografi Umar Kayam
Daftar isi
Umar Kayam Umar Kayam merupakan seorang priyayi yang bergelar raden mas. Beliau mempunyai istri bernama Yus Kayam yang merupakan seorang redaktur majalah Ayahbunda. Dari pernikahan tersebut, Umar mempunyai dua orang anak.
Baca juga : Biografi Mochtar Lubis.
1. Masa Kecil
Semasa kecil (ketika SMP), Umar sudah terbiasa dengan dunia membaca. Membaca bacaan-bacaan dongeng dan pelajaran yang terkait dengan bahasa Belanda merupakan suatu kebiasaan yang selalu dilakukannya. Membaca sudah menjadi hobi dalam hidupnya.Pada masa SMA Umar bersama kedua orang temannya Nugroho Notosusanto dan Daoed Joesoef mengelola majalah dinding untuk mengeksplorasi karya-karyanya. Pada saat SMA juga, Umar berhasil membuat cerpen Bunga Anyelir dan diterbitkan di majalah Jakarta.
2. Riwayat Pendidikan
Umar Kayam menyelesaikan pendidikan SD dan SMP-nya di kota Ngawi. Setelah itu, beliau melanjutkan pendidikannya ke SMA di Yogyakarta dan berpindah lagi ke SMA Semarang. Di SMA Semarang itulah Umar menamatkan bangku sekolahnya.Selepas lulus SMA, Umar melanjutkan studinya di Fakultas Pedagogik Universitas Gadjah Mada dan lulus tahun 1955. Kemudian, beliau langsung melanjutkan kuliah di Universitas New York Amerika Serikat dan mendapatkan gelar M.A. (1963).
Tak cukup sampai disitu, Umar mendapatkan gelar gelar Ph.D dari Universitas Cornell, Amerika Serikat pada tahun 1965. Gelar professor diperolehnya dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 1986 dan dikukuhkan sebagai guru besar Fakultas Sastra UGM dua tahun kemudian.
Pada saat menjadi mahasiswa di Universitas Gadjah Mada, beliau dikenal sebagai salah seorang pelopor dalam terbentuknya kehidupan teater kampus.
Baca juga : Riwayat Pendidikan Umar Ismail.
3. Karir
Dengan berbekal wawasan dan pengetahuan yang dimilikinya, Umar Kayam dapat menggeluti banyak pekerjaan. Profesi pertamanya adalah dosen di fakultas sastra Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Di Universitas Gadjah Mada, Umar Kayam juga pernah menjabat sebagai Direktur Pusat Penelitian Kebudayaan Universitas Gadjah MadaSelain itu, di bidang pendidikan Umar pernah menjadi Direktur Pusat Latihan Ilmu-ilmu Sosial Universitas Hasanudin, Ujungpandang dari 1975 hingga 1976. Sebagai tenaga pendidik, beliau juga pernah jadi dosen Universitas Indonesia dan Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta.
Pada saat menjadi dosen di Universitas Gadjah Mada, beliau mengembangkan studi sosiologis mengenai sastra. Beliau juga memperkenalkan metode grounded dengan pendekatan kultural untuk penelitian sosial. Juga memberikan inspirasi bagi munculnya karya-karya seni kreatif yang baru, baik di bidang sastra, seni pertunjukan, maupun seni rupa, dan lain sebagainya.
Sebagai seorang budayawan, Umar pernah pernah menjadi penasihat majalah ''Horison'' bersama-sama dengan Ali Audah, Goenawan Mohamad, Aristides Katopo hingga tahun 1993. Pada tahun 1969 - 1972 beliau menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta. Selain itu, Umar juga menjadi anggota Akademi Jakarta dari 1988 - meninggal.
Karir Umar Kayam juga pernah bekerja di pemerintahan. Ketika itu beliau menjabat Direktur Jenderal Radio, Televisi, dan Film Departemen Penerangan RI (1966 s.d. 1969), anggota MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara), hingga Ketua Dewan Film Nasional (1978 s.d. 1979).
Karirnya tak cukup itu saja, Umar juga menggeluti dunia aktor dengan memerankan Presiden Soekarno, pada film G 30 S/PKI. Selain itu, beliau pernah menjadi pemeran pembantu dalam film Karmila (1974) dan film Kugapai Cintamu (1976).
Baca juga : Bagaimana Perjalanan Karir Rosihan Anwar?
4. Karya
Gambar dari situs goodreads |
Umar Kayam telah membuat berbagai karya sastra sepanjang hidupnya. Mulai dari cerpen, novel, skenario film, esai, dan masih banyak lagi yang lainnya. Meskipun tidak tergolong sebagai penulis yang produktif, namun Umat Kayam dianggap telah melahirkan karya sastra yang berkualitas.
Sebagai seorang esei, Umar sering menulis esai tentang seni, sastra dan kebudayaan. Salah satu esai yang pernah dibuatnya adalah Mangan Orang Mangan Kumpul dan dimuat dalam Seni, Tradisi, Masyarakat (Umar Kayam, 1981).
Sebagai seorang penulis skenario, beliau pernah skenario film Yang Muda Yang Bercinta, difilmkan oleh Sjumandjaja tahun 1977. Dan menulis skenario Jalur Penang dan Bulu-Bulu Cendrawasih tahun 1978.
Umar juga pernah menjadi kolumnis di berbagai media massa. Sebagai kolumnis, Umar dikenal dengan ciri khas tulisannya yang berbau renungan, namun tidak mengajak pembacanya berpikir berat. Berikut ini beberapa karya sastra yang pernah dibuatnya :
- Seribu Kunang-kunang di Manhattan (kumpulan cerpen, 1972)
- Totok dan Toni (cerita anak, 1975)
- Sri Sumarah dan Bawuk (1975)
- Seni, Tradisi, Masyarakat (kumpulan esai, 1981)
- Mangan Ora Mangan Kumpul (kumpulan kolom, 1990)
- Sugih Tanpa Banda (kumpulan kolom, 1994)
- Mandhep Ngalor Sugih-Mandep Ngidul Sugih (kumpulan kolom, 1998)
- Lebaran di Karet, di Karet (kumpulan cerpen, 2002)
- Sri Sumarah (kumpulan cerpen, 1985, dan terbit dalam edisi Malaysia, 1981)
- Semangat Indonesia: Suatu Perjalanan Budaya (bersama Henri Peccinotti, 1985)
- Para Priyayi (novel, 1992)
- Parta Karma (kumpulan cerpen, 1997)
- Jalan Menikung (novel, 2000)
- Cerpen-cerpennya diterjemahkan oleh Harry Aveling dan diterbitkan dalam Sri Sumarah and Other Stories dan From Surabaya to Armageddon tahun 1976.
5. Penghargaan
Berbagai penghargaan sudah pernah didapatkan oleh Umar Kayam. Baik dari cerpen maupun novel yang dibuatnya. Cerpennya yang berjudul "Seribu Kunang-Kunang di Manhattan" mendapat hadiah majalah Horison tahun 1967.Novelnya, Para Priyayi, memperingati Hadiah Yayasan Buku Utama dari Departemen P dan K pada tahun 1995. Tak hanya itu saja, beliau juga mendapat hadiah Sastra ASEAN (SEA Write Award) pada 1987 dari Kerajaan Thailand. Dan masih banyak lagi penghargaan lainnya.
6. Wafat
Umar Kayam meninggal di Jakarta pada tanggal 16 Maret 2002 di usianya ke 69 tahun. Beliau meninggal dunia karena mengalami patah tulang pangkal paha akibat terjatuh di rumahnya. Sempat dioperasi, namun nyawanya tak tertolong lagi.
Biografi Sastrawan Lainnya : Nugroho Notosusanto.
Demikian biografi singkat Umar Kayam, sang Sastrawan dan Budayawan hebat yang dimiliki Indonesia. Semoga kita semua bisa memetik pelajaran penting dari kisah hidup beliau. Sekian dan terima kasih.
0 komentar
Maaf, tidak diperkenankan berkomentar menggunakan atau mengandung tautan aktif