RajaBackLink.com

Materi Peribahasa : Pengertian, Ciri-ciri, Jenis, + Contoh (Lengkap)

Materi Peribahasa (Lengkap)

Peribahasa merupakan salah satu materi sekolah yang kita didapatkan sewaktu SD, SMP hingga SMA. Melalui konten ini, saya akan membahas materi bahasa Indonesia yang satu ini hanya untuk kalian. Langsung saja, yuk simak pembahasannya berikut ini :

Materi Peribahasa (Lengkap)

Pernahkah kamu mendengar istilah "tong kosong nyaring bunyinya", "berakit-rakit dahulu berenang-renang ke tepian", atau "ada gula ada semut"? Itu adalah sebagian kecil dari contoh peribahasa yang akan kita bahas kali ini.

Bukan hanya memberikan contoh saja, tetapi kamu juga akan mendapatkan pengetahuan mengenai pengertian, ciri-ciri, dan jenis-jenis dari peribahasa. Selengkapnya, langsung saja baca konten di bawah ini :

Pengertian Peribahasa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Peribahasa merupakan kelompok kalimat atau kata yang tetap susunannya dan mengiaskan makna tertentu. Selain itu, peribahasa juga diartikan sebagai ungkapan yang berisi perbandingan, nasihat, perumpamaan, prinsip hidup, dan aturan tingkah laku.

Sementara itu, menurut Wikipedia Peribahasa juga disebut dengan pepatah. Yang bermakna kelompok kata yang memiliki susunan tetap dan mengandung aturan dasar dalam berperilaku.

Harimurti Kridalaksana dalam Kamus Linguistik (1993) menjelaskan peribahasa merupakan kalimat atau penggalan kalimat yang bersifat turun menurun, dan digunakan untuk menguatkan maksud karangan, memberikan nasihat, memberikan pelajaran atau pedoman hidup.

Ciri-ciri Peribahasa

Adapun beberapa ciri dari sebuah peribahasa adalah sebagai berikut :
  • Susunan kata sudah pasti dan tidak dapat diubah.
  • Kata-kata dalam peribahasa mempunyai makna, teratur, dan enak didengar.
  • Digunakan untuk menyindir atau memperindah bahasa.
  • Peribahasa juga diciptakan berdasarkan suatu pandangan dan perbandingan yang sangat teliti terhadap alam sekitar serta terhadap peristiwa yang terjadi dan berlaku dalam kehidupan masyarakat.
  • Peribahasa diciptakan dengan satu ikatan yang indah sehingga bisa diingat masyarakat secara turun temurun. 

Baca juga : materi lengkap teks anekdot.

Jenis-jenis Peribahasa

Peribahasa masih terbagi lagi menjadi beberapa macam. Ada 6 jenis Peribahasa yang harus kamu ketahui yakni : pepatah, perumpamaan, ungkapan, tamsil, semboyan, dan bidal/pameo. Berikut adalah masing-masing penjelasannya :

  • Pepatah

Jenis peribahasa yang satu ini mengandung nasihat yang diberikan oleh orang tua.  Pepatah juga disampaikan untuk mematahkan lawan bicara. Beberapa contohnya yakni :
  1. Bagai bumi dan langit.
  2. Bagai kejatuhan bulan.
  3. Biar lambat asal selamat.
  4. Sedikit sedikit, lama-lama menjadi bukit.
  5. Kecil-kecil cabai rawit.
  6. Dibalik balik, ditelungkup ditelentang.
  7. Bayang-bayang sepanjang badan. (Contoh lainnya bisa dibaca di sini).

  • Perumpamaan

Perumpamaan merupakan jenis peribahasa yang isinya berupa kata-kata yang mengungkapkan keadaan atau tingkah laku seseorang dengan mengambil perbandingan dari alam sekitar. Awalan peribahasa ini biasanya berupa kata bagai, bak, seperti dan lain sejenisnya. Beberapa contohnya yaitu :
  1. Bagai air di atas daun talas.
  2. Bagai anjing beranak enam.
  3. Bagai ayam termakan rambut.
  4. Bagai kambing dimandikan.
  5. Seperti kucing dengan anjing.
  6. Seperti ilmu padi, makin berisi makin merunduk.
  7. Seperti katak dalam tempurung. (Contoh lainnya bisa dibaca di sini).

  • Ungkapan

Jenis Peribahasa ketiga adalah ungkapan. Ungkapan adalah sebuah kiasan mengenai kelakuan atau keadaan seseorang yang dinyatakan dengan pepatah ataupun beberapa patah/kelompok kata. Contohnya yaitu :
  1. Si jago merah.
  2. Bunga tidur.
  3. Panjang kaki.
  4. Kepala batu.
  5. Naik darah.
  6. Anak emas.
  7. Mata duitan. (Contoh ungkapan lainnya dapat kamu baca pada konten berikut ini).

  • Tamsil

Tamsil atau yang juga disebut ibarat merupakan jenis peribahasa yang sering memakai kata "ibarat" dan bertujuan untuk membandingkan suatu perkara. Beberapa contohnya yaitu :
  1. Tua tua keladi makin tua makin jadi.
  2. Ada padang ada belalang, ada air ada pula ikan. 
  3. Adat pasang turun naik.
  4. Menang jadi arang, kalah jadi abu.
  5. Ibarat bunga, segar dipakai layu dibuang.
  6. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. 
  7. Sakit sama mengaduh, luka sama mengeluh. 

Baca juga : contoh tamsil + artinya

  • Semboyan

Semboyan adalah kumpulan kata atau frasa yang dijadikan sebagai pedoman. Contohnya yaitu :
  1. Rajin pangkal pandai.
  2. Hemat pangkal kaya.
  3. Hari kemarin adalah kenangan, hari ini adalah tantangan, dan hari esok adalah harapan.
  4. Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.
  5. Badai pasti berlalu.
  6. Maju terus pantang mundur.
  7. Pantang pulang sebelum tumbang.

  • Bidal

Jenis yang terakhir adalah bidal. Peribahasa ini mengandung ungkapan baik itu sindiran, ejekan, dan juga peringatan. Contoh dari bidal antara lain :
  1. Kalau puntung masih berapi, janganlah dihembus-hembus juga.
  2. Lulus tangan dilakukan, lulus kaki dilangkahkan.
  3. Jika kail panjang sejengkal, lautan dalam jangan juga.
  4. Terlajak perahu boleh diundur, terlajak kata buruk padahnya.
  5. Memikul di bahu, menjunjung di kepala.
  6. Pecah anak buyung, tempayan ada.
  7. Bagai kerakap tumbuh di atas baru, hidup enggan mati tak mau. 
  8. Sungguhpun kawat yang dibentuk, ikan di laut yang diadang. (Contoh lainnya bisa kamu baca di sini).

Materi lengkap : teks laporan hasil observasi.

Contoh Peribahasa

Sebagai penutup, berikut ini saya berikan beberapa contoh dari peribahasa yang telah diurutkan menurut alphabet :
  1. Air beriak tanda tak dalam (orang yang banyak bicara biasanya ilmunya kurang).
  2. Air susu dibalas air tuba (kebaikan dibalas dengan kejahatan.
  3. Ada beras, taruh dalam padi (rahasia sebaiknya disimpan baik-baik).
  4. Ada udang dibalik batu (ada maksud yang tersembunyi).
  5. Anak baik menantu molek (mendapat keuntungan yang berlipat ganda).
  6. Api padam, puntung berasap (perkara atau masalah sudah selesai, tetapi timbul lagi).
  7. Ada hari ada nasi (asal masih hidup, rezeki akan selalu ada).
  8. Bagai air di daun talas (tidak punya pendirian tetap).
  9. Bagai alu pencungkil duri (melakukan sesuatu yang tidak mungkin berhasil).
  10. Bagai anjing beranak enam (kurus sekali). 
  11. Bagai batu jatuh ke lubuk (hilang dan lenyap).
  12. Bagai bulan kesiangan (pucat dan lesu).
  13. Bagai dawat dengan kertas (tidak dapat dipisahkan).
  14. Bagai kambing dibawa ke air (tidak mau sama sekali mengerjakan suatu pekerjaan).
  15. Cuaca di langit pertanda akan panas, gabak di hulu tanda akan hujan (segala sesuatu pasti ada tanda-tandanya).
  16. Cepat kaki ringan tangan (suka menolong sesama).
  17. Daripada hidup berputih mata, lebih baik mati berputih tulang (lebih baik mati dari pada hidup menanggung malu).
  18. Daripada hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri (sebaik-baiknya negeri orang tak akan sebaik negeri sendiri.
  19. Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung (kita harus menyesuaikan dengan adat dan keadaan dimana kita tinggal.
  20. Dibujuk ia menangis, ditendang ia tertawa (hanya mau bekerja dengan baik bila diberi teguran).
  21. Ditindih yang berat, dililit yang panjang (kemalangan yang datang tak dapat dihindari).
  22. Enak makan dikunyah, enak kata diperkatakan (sesuatu hal harus dimusyawarahkan terlebih dulu).
  23. Esa hilang, dua terbilang (berusaha terus dengan keras hati hingga tujuan tercapai).
  24. Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama (orang dianggap tekenal jika setelah ia mati beberapa lama namanya masih disebut-sebut).
  25. Guru kencing berdiri, murid kencing berlari (tingkah laku orang bawahan selalu meniru kelakukan orang atasan).
  26. Gali lubang tutup lubang (mencari hutang lain untuk melunasi hutang yang lalu).
  27. Hasrat hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai (keinginan atau cita-cita yang tidak mungkin bisa dicapai).
  28. Karena mata buta, karena hati mati (menjadi celaka sebab terlalu menuruti hawa nafsu).
  29. Kalah jadi abu, menang jadi arang (pertengkaran hanya akan merugikan kedua belah pihak).
  30. Lempar batu sembunyi tangan (melakukan sesuatu kemudian berpura-pura tidak tahu alias tidak bertanggung jawab).
  31. Makan hati berulam rasa (menderita karena sikap dan perbuatan orang yang disayangi).
  32. Menohok eman seiring dalam lipatan (mencelakakan kawan sendiri).
  33. Putih kapas dapat dibuat, putih hati berkeadaan (kebaikan hati bisa dilihat dari bagaimana tingkah lakunya).
  34. Pandai berminyak air (pandai berkata-kata demi mencapai tujuan).
  35. Sedap jangan ditelan, pahit jangan segera dimuntahkan (berpikir matang sebelum bertindak agar tidak kecewa nantinya).
  36. Seludang menolak mayang (sebutan bagi orang sombong dan melupakan orang yang berjasa dalam hidupnya).
  37. Tiada rotan akar pun jadi (jika tidak ada yang baik maka yang kurang baik pun tak apa-apa).
  38. Tahu asam garamnya (sudah berpengalaman).
  39. Tangan merentang, bahu memikul (berani berbuat berani bertanggung jawab).
  40. Untung bagaikan roda pedati, sekali ke bawah sekali ke atas (nasib manusia tidaklah tetap, kadang di atas kadang di bawah).
  41. Umur setahun jagung (belum berpengalaman).
  42. Yang buta penip lesung, yang peka pelpas bedil (semua ada manfaatnya, asal diposisikan pada tempatnya).
Keterangan : diambil dari berbagai sumber.

Baca juga : materi tentang poster.

Demikian pembahasan materi Peribahasa, semoga bermanfaat bagi semua apabila ada yang ingin ditanyakan, langsung saja sampaikan melalui kolom komentar. Terima kasih.

1 komentar

Komentar yang sesuai dengan postingan dan tidak mengandung unsur negatif pasti akan disetujui oleh admin :)

Maaf, tidak diperkenankan berkomentar menggunakan atau mengandung tautan aktif
  1. materi peribahasanya sangat lengkap sekali, dengan adanya contoh juga membuat saya semakin mudah memahami materinya.

    BalasHapus
Indonesia Website Awards