RajaBackLink.com

Mengenal A.A. Navis Tokoh Sastrawan Ternama Di Indonesia

Mengenal A.A. Navis

A.A. Navis merupakan seorang budayawan sekaligus sastrawan terkemuka asal Indonesia. Beragam karya-karyanya berkisar seputar masalah manusia dan kemanusiaan seperti penderitaan, kebahagiaan, kegetiran serta harapan.

Kedaerahan Minangkabau atau warna lokal yang kuat menjadi sisi lain yang sangat menarik dalam karya-karyanya. Bahkan, Navis juga menjadikan menulis sebagai alat dalam kehidupannya. Bagi kamu yang ingin mengetahui kisah hidupnya, maka kamu bisa membaca konten berikut ini:

Mengenal Sosok A.A. Navis

A.A. Navis bernama lengkap Haji Ali Akbar Navis yang lahir pada 17 November 1924 di Kampung Jawa, Padang Panjang, Sumatera Barat. A.A. Navis merupakan anak sulung dari lima belas bersaudara. Pada tahun 1957, Navis menikahi Aksari Yasin dan dikarunia tujuh orang anak yaitu Dedi Andika, Dini Akbari, Gemala Ranti, Lenggogini, Lusi Bebasari, Rika Anggraini dan Rinto Amanda.

Sosok A.A. Navis berbeda dengan kebanyakan putra Minangkabau yang senang merantau. A.A. Navis sudah mematerikan dirinya untuk tetap tinggal di tempat kelahirannya. Beliau berpendapat, merantau hanyalah persoalan pindah tempat dan lingkungan, namun yang menentukan keberhasilan seseorang tetaplah kreativitas dirinya sendiri.

Masa kecil A.A. Navis

Kegemaran A.A. Navis terhadap karang-karangan dimulai sejak usia SD. Dimana beliau sudah berkenalan dengan sejarah Islam, filsafat serta cerita-cerita pendek. Pada saat itu, beliau memang belum memiliki keinginan untuk menjadi seorang pengarang. Bahkan yang ada di dalam benaknya ialah beliau kaan menjadi seorang pematung ataupun pelukis. Pada dasarnya, niat mengarang A.A. Navis muncul sejak membaca majalah Panji Islam dan Pedoman Masyarakat.

Kedua majalah ini memuat cerita bersambung dan cerita pendek di setiap edisinya. A.A. Navis yang tidak pernah melewatkan membaca cerita-cerita tersebut, lama-kelamaan mulai menyukai ceritanya. Dari sanalah, ayah Navis yang bernama ST. Marajo Swiyah, mengetahui dan mulai memahami kegemaran Navis.

Sehingga ayahnya pun selalu memberikan uang agar Navis bisa membeli buku bacaan kesukaan ataupun kegemarannya. Buku-buku bacaan yang dibeli tersebut, akhirnya menjadi modal awal Navis untuk menekuni dunia mengarang di kemudian harinya.

Baca juga : Kisah Sitor Situmorang

Riwayat Pendidikan

A.A. Navis memulai pendidikan formalnya dengan bersekolah di Indonesisch Nederiandsch School (INS) yang berada di daerah Kayutaman selama 11 tahun. Pada saat itu, jarak sekolah dengan rumah Navis cukuplah jauh. Meskipun begitu, Navis berhasil memanfaatkan setiap perjalanan panjang yang ditempuhnya dengan membaca buku sastra yang sudah dibelinya.

Pendidikan A.A. Navis secara formal hanyalah sampai INS. Setelahnya beliau belajar secara otodidak. Meskipun begitu, kegemarannya membaca buku membuat beliau lebih menonjol dibandingkan teman seusianya. Dari berbagai  jenis bacaan yang diperolehnya, akhirnya Navis mulai menulis kritik dan esai, dimana beliau berusaha untuk menyoroti kelemahan-kelemahan cerpen Indonesia dan mencari kekuatan pada cerpen asing.  Saat mengarang cerpennya sendiri, A.A. Navis mencoba memperbaiki kelelaman cerpen Indonesia dengan memadukannya dengan kekuatan cerpen-cerpen asing.

Menginspirasi : biografi Pramoedya Ananta Toer

Karir

A.A. Navis memulai karirnya sebagai seorang penulis di usia sekitar 30-an. Meskipun beliau sudah aktif menulis sejak tahun 1950, namun keputusannya baru mulai diakui pada tahun 1955, dimana cerpen karyanya sudah banyak muncul di beberapa majalah, seperti Mimbar Indonesia, Kisah, Roman serta Budaya. A.A. Navis tidak hanya menulis cerpen, namun juga menulis naskah sandiwara untuk beberapa stasiun RRI, seperti Stasiun RRI Bukittinggi, Palembang, Padang hingga Makasar.

Setelahnya, Navis baru mulai menulis Novel dengan tema yang bernafaskan warna lokal atau kedaerahan dan keagamaan masyarakat Minangkabau. Selain menulis, Navis juga bekerja sebagai pemimpin reaksi di harian Semangat, pengurus Kelompok Cendekiawan Sumatera Barat atau Padang Club, serta Dewan Pengurus Badan Wakaf INS.

Karya

A.A. Navis sudah menulis 65 karya sastra dalam berbagai bentuk. Seperti Robohnya Surau Kami yang berhasil dinobatkan sebagai cerpen terbaik dalam majalah Kisah tahun 1955. Cerpen Saraswati, Si Gadis dalam Sunyi yang juga ditetapkan sebagai cerpen remaja terbaik oleh Unesco/Ikapi pada tahun 1988. Selain itu, masih banyak lagi karya-karya beliau yang sangat terkenal, diantaranya:

  • Hudjan Panas (1963)
  • Kemarau (1967)
  • Dermaga Dengan Empat Sekoci: Kumpulan Puisi (1957)
  • Di Lintasan Mendung (1983)
  • Jodoh: Kumpulan Cerpen (1999)
  • Dermaga Lima Sekoci (2000)
  • Bertanya Kerbau Pada Pedati: Kumpulan Cerpen (2002)

Kisah lainnya : mengenal sosok Chairil Anwar

Penutup

A.A. Navis memang kini sudah tidak ada lagi di dunia, namun kita masih tetap bisa mengambil hikmah dari perjalanan hidup beliau. Demikianlah, semoga kamu yang memiliki cita-cita menjadi penulis dapat mengikuti jejak hidup beliau yang luar biasa.

Posting Komentar

Komentar yang sesuai dengan postingan dan tidak mengandung unsur negatif pasti akan disetujui oleh admin :)

Maaf, tidak diperkenankan berkomentar menggunakan atau mengandung tautan aktif
Indonesia Website Awards