Biografi WS Rendra juga menjadi salah satu hal yang banyak dicari, terutama oleh para penikmat sastra di Indonesia. Maka dari itu, melalui konten berikut Mimin akan memberikan informasi seputar biografi dari salah seorang tokoh penyair terkemuka di tanah air, yakni WS Rendra. Bagaimanakah perjalanan dan kisah hidup penyair yang berjuluk Si Burung Merak ini? Mari ketahui bersama dengan membaca seluruh tulisan ini hingga selesai. (Diolah dari berbagai sumber).
Biografi WS Rendra
Daftar Isi
WS Rendra memiliki 3 orang istri, yaitu Sunarti Suwandi, Raden Ayu Sitoresmi Prabuningrat, dan Ken Zuraida. Dan dari ketiga istri tersebut beliau dikaruniai 11 orang anak, yakni Theodorus Setya Nugraha, Andreas Wahyu Wahyana, Daniel Seta, Samuel Musa, Clara Sinta, Maryam Supraba, Yonas Salya, Sarah Drupadi, Naomi Srikandi, Rachel Saraswati, dan Isaias Sadewa
WS Rendra merupakan anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. Ayahnya adalah seorang pengajar bahasa Indonesia dan bahasa Jawa pada sekolah Katolik di Solo. Selain itu, ayah beliau juga sebagai dramawan tradisional. Sementara itu, ibunya adalah penari serimpi di Keraton Surakarta Hadiningrat. Sejak kecil hingga remaja, Rendra banyak menghabiskan waktunya di Solo yang notabene merupakan tanah kelahirannya.
1. Masa Kecil WS Rendra
Sejak kecil, WS Rendra hidup dan menghabiskan waktunya di kota kelahiran. Sedari kecil, WS Rendra memang sudah tertarik dan sangat berbakat di dunia sastra. Terutama pada saat beliau menginjak usia remaja atau pada saat memasuki Sekolah Menengah Pertama.
WS Rendra, kala itu berhasil menulis cerita pendek, puisi, dan drama untuk berbagai kegiatan sekolahnya. Salah satu drama yang ditampilkan salah satunya berjudul "Kaki Palsu" dan beliau juga pernah mendapatkan penghargaan langsung dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Yogyakarta untuk drama yang berjudul "Orang-orang di Tikungan Jalan".
WS Rendra, kala itu berhasil menulis cerita pendek, puisi, dan drama untuk berbagai kegiatan sekolahnya. Salah satu drama yang ditampilkan salah satunya berjudul "Kaki Palsu" dan beliau juga pernah mendapatkan penghargaan langsung dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Yogyakarta untuk drama yang berjudul "Orang-orang di Tikungan Jalan".
Di usia yang masih menginjak 17 tahun, WS Rendra sudah berhasil menciptakan puisi dan dipublikasikan di majalah setempat, salah satunya adalah majalah siasat. Mulai tahun 1952, puisinya selalu terbit di halaman majalah – majalah lokal tahun 60-an dan 70-an. Puisi WS Rendra yang terbit diantaranya Seni, Basis, Kisah, Konfrontasi, dan Siasat Baru.
Selepas lulus SMA, beliau melanjutkan kuliah di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Rendra menjatuhkan pilihan kepada jurusan sastra yang sejak lama memang diidamkannya. Di UGM, kemampuan sastranya semakin tertempa dengan baik walaupun beliau tak dapat menyelesaikan studinya di sini.
Rendra selanjutnya mendapat tawaran beasiswa dari American Academy of Dramatical Art (AADA) guna mendalami ilmu mengenai dunia seni tari dan drama, tentu saja kesempatan langka ini tak disia-siakannya. Beliau pun langsung pergi ke Amerika pada tahun 1954 untuk mengambil beasiswa tersebut. Di sana, Rendra tak sekadar berkuliah saja namun juga sering mengikuti seminar tentang seni dan kesusastraan atas undangan pemerintah Amerika Serikat di Harvard University.
Berbicara soal karir, WS Rendra tak bisa lepas dari dunia sastra yang sejak kecil sudah digelutinya. Sejak pulang dari Amerika Serikat, tepatnya pada tahun 1967 beliau mendirikan Bengkel Teater yang sangat terkenal di Indonesia. Bengkel teater ini memiliki luas sekitar 3 hektar yang terdiri atas bangunan tempat tinggal Rendra berserta keluarga, serta bangunan sanggar yang dipakai untuk latihan drama dan tari.
Di sekitar Bengkel Teater tersebut, ada beberapa pepohonan yang sangat rindang dan terawat dengan sangat baik. Walaupun sempat mengalami masalah di tahun 1977, pada akhirnya Bengkel Teater Rendra tetap mampu untuk bertahan hingga saat ini walaupun harus berpindah dari Yogyakarta ke Depok Jawa Barat. Waw, luar biasa bukan?
Namun tekad Rendra sudah bulat dan beliau tetap menikahi Sitoresmi. Dan secara mengejutkan, mengucapkan dua kalimat syahadat di hari pernikahannya pada tanggal 12 Agustus 1970. Pernikahan tersebut langsung disaksikan 2 orang rekannya, Taufik Ismail dan Rosidi.
Rendra menjadi seorang mualaf menimbulkan kontroversial. Pasalnya, banyak yang mempertanyakan tentang keseriusannya memeluk Agama Islam. Banyak yang beranggapan bahwa WS Rendra hanya melakukan sensasi agar dibolehkan untuk berpoligami.
Dan hal tersebut langsung dibantah oleh Rendra. Beliau menyatakan sudah tertarik ke Agama Islam sejak lama, yaitu ketika melakukan persiapan pementasan Qosidah Barzanji, beberapa bulan sebelum beliau menikah dengan Jeng Sito. Menurut Rendra jua, Islam telah berhasil menjawab kegalauannya mengenai hakekat Tuhan.
WS Rendra telah banyak mendapatkan penghargaan yang membanggakan dari berbagai pihak. Berikut ini beberapa penghargaan yang berhasil beliau dapatkan :
Bukan hanya itu saja, WS Rendra juga sering mengikuti festival seni dan sastra di luar negeri, diantaranya yaitu : The Rotterdam International Poetry Festival, The Valmiki International Poetry Festival, New Delhi, Vagarth World Poetry Festival, Bhopal, World Poetry Festival, Kuala Lumpur, Berliner Horizonte Festival, Berlin, The First New York Festival Of the Artsl, Spoleto Festival, Melbourne, dan Tokyo Festival.
Sumber daftar penghargaan dan festival : Wikipedia
Semoga dengan mengetahui biografi WS Rendra dan juga kisah hidup beliau sedari kecil hingga menjadi penyair terkenal di Indonesia, bisa menginspirasi kalian semua. Silakan bagikan konten ini kepada yang lainnya apabila dirasa bermanfaat. Terima kasih dan sampai jumpa pada artikel selanjutnya.
WS Rendra memulai studinya di TK Masurdirini, Yayasan Kanisius. Kemudian dari SD hingga SMA, WS Rendra masih menempuh pendidikan di sekolah Katolik, SMA Pangudi Luhur Santo Yosef dan tamat tahun 1955. Hal ini wajar, mengingat agama WS Rendra bukanlah Islam, melainkan Katolik.
Selepas lulus SMA, beliau melanjutkan kuliah di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Rendra menjatuhkan pilihan kepada jurusan sastra yang sejak lama memang diidamkannya. Di UGM, kemampuan sastranya semakin tertempa dengan baik walaupun beliau tak dapat menyelesaikan studinya di sini.
Rendra selanjutnya mendapat tawaran beasiswa dari American Academy of Dramatical Art (AADA) guna mendalami ilmu mengenai dunia seni tari dan drama, tentu saja kesempatan langka ini tak disia-siakannya. Beliau pun langsung pergi ke Amerika pada tahun 1954 untuk mengambil beasiswa tersebut. Di sana, Rendra tak sekadar berkuliah saja namun juga sering mengikuti seminar tentang seni dan kesusastraan atas undangan pemerintah Amerika Serikat di Harvard University.
3. Karir WS Rendra
Berbicara soal karir, WS Rendra tak bisa lepas dari dunia sastra yang sejak kecil sudah digelutinya. Sejak pulang dari Amerika Serikat, tepatnya pada tahun 1967 beliau mendirikan Bengkel Teater yang sangat terkenal di Indonesia. Bengkel teater ini memiliki luas sekitar 3 hektar yang terdiri atas bangunan tempat tinggal Rendra berserta keluarga, serta bangunan sanggar yang dipakai untuk latihan drama dan tari.Di sekitar Bengkel Teater tersebut, ada beberapa pepohonan yang sangat rindang dan terawat dengan sangat baik. Walaupun sempat mengalami masalah di tahun 1977, pada akhirnya Bengkel Teater Rendra tetap mampu untuk bertahan hingga saat ini walaupun harus berpindah dari Yogyakarta ke Depok Jawa Barat. Waw, luar biasa bukan?
Baca juga : kisah hidup Pramoedya Ananta Toer
Salah satu kisah menarik tentang kisah dan perjalanan hidup WS Rendra adalah ketika beliau menjadi seorang mualaf. Semua bermula ketika Rendra akan menikahi Sitoresmi yang menjadi istri kedua beliau. Rendra adalah seorang pemeluk agama Katolik, sedangkan calon istrinya pemeluk agama Islam. Hal ini membuat, Ayahanda Sitoresmi berkeberatan dengan pernikahan ini karena perbedaan agama.
Namun tekad Rendra sudah bulat dan beliau tetap menikahi Sitoresmi. Dan secara mengejutkan, mengucapkan dua kalimat syahadat di hari pernikahannya pada tanggal 12 Agustus 1970. Pernikahan tersebut langsung disaksikan 2 orang rekannya, Taufik Ismail dan Rosidi.
Rendra menjadi seorang mualaf menimbulkan kontroversial. Pasalnya, banyak yang mempertanyakan tentang keseriusannya memeluk Agama Islam. Banyak yang beranggapan bahwa WS Rendra hanya melakukan sensasi agar dibolehkan untuk berpoligami.
Dan hal tersebut langsung dibantah oleh Rendra. Beliau menyatakan sudah tertarik ke Agama Islam sejak lama, yaitu ketika melakukan persiapan pementasan Qosidah Barzanji, beberapa bulan sebelum beliau menikah dengan Jeng Sito. Menurut Rendra jua, Islam telah berhasil menjawab kegalauannya mengenai hakekat Tuhan.
Karya yang berhasil diciptakan Rendra tentu sangat banyak sekali jumlahnya. Baik itu drama maupun puisi. Berikut ini beberapa karya sastra WS Rendra yang paling terkenal :
Puisi/Sajak
- Blues untuk Bonnie
- Perjalanan Bu Aminah
- Nyanyian Orang Urakan
- Pamphleten van een Dichter
- Empat Kumpulan Sajak
- Sajak-sajak Sepatu Tua
- Potret Pembangunan Dalam Puisi
- Disebabkan Oleh Angin
- Orang Orang Rangkasbitung
- Rendra: Ballads and Blues Poem
- State of Emergency
- Do'a Untuk Anak-Cucu
- Mencari Bapak
Drama
- Orang-orang di Tikungan Jalan (1954)
- Bib Bob Rambate Rate Rata (Teater Mini Kata) tahun 1967
- SEKDA (1977)
- Mastodon dan Burung Kondor (1972)
- Panembahan Reso (1986)
- Odipus di Kolonus (Odipus Mangkat) (yang merupakan terjemahan dari karya Sophokles,
- Antigone (yang juga merupakan terjemahan dari karya Sophokles)
6. Penghargaan dan Festival
WS Rendra telah banyak mendapatkan penghargaan yang membanggakan dari berbagai pihak. Berikut ini beberapa penghargaan yang berhasil beliau dapatkan :- Hadiah Pertama Sayembara Penulisan Drama dari Bagian Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta (1954)
- Hadiah Sastra Nasional BMKN (1956)
- Anugerah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia (1970)
- Hadiah Akademi Jakarta (1975)
- Hadiah Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1976)
- Penghargaan Adam Malik (1989)
- The S.E.A. Write Award (1996)
- Penghargaan Achmad Bakri (2006).
Bukan hanya itu saja, WS Rendra juga sering mengikuti festival seni dan sastra di luar negeri, diantaranya yaitu : The Rotterdam International Poetry Festival, The Valmiki International Poetry Festival, New Delhi, Vagarth World Poetry Festival, Bhopal, World Poetry Festival, Kuala Lumpur, Berliner Horizonte Festival, Berlin, The First New York Festival Of the Artsl, Spoleto Festival, Melbourne, dan Tokyo Festival.
Sumber daftar penghargaan dan festival : Wikipedia
Tokoh lainnya : AA Navis
Semoga dengan mengetahui biografi WS Rendra dan juga kisah hidup beliau sedari kecil hingga menjadi penyair terkenal di Indonesia, bisa menginspirasi kalian semua. Silakan bagikan konten ini kepada yang lainnya apabila dirasa bermanfaat. Terima kasih dan sampai jumpa pada artikel selanjutnya.
0 komentar
Maaf, tidak diperkenankan berkomentar menggunakan atau mengandung tautan aktif