Karena masyarakat Indonesia terkenal akan sopan santun dan tata krama ketika berbicara, contoh majas litotes selalu melekat dalam ucapan sehari-hari kita. Tanpa diajari secara teori pun, orang tua kita mengajarkan cara bertutur dengan teknik litotes secara turun menurun.
Tapi bila dipelajari lebih dalam. litotes bisa jadi cara berkomunikasi yang mencerminkan sikap rendah hati oleh penuturnya. Sehingga cocok untuk digunakan ketika berkomunikasi dengan atasan, partner bisnis, termasuk juga dengan orang tua atau orang yang kita hormati.
Majas litotes juga bisa kita gunakan waktu mengirim pesan ke dosen agar ia tidak merasa tersinggung atau menganggap kita tidak tahu tata krama.
Apa yang Dimaksud Majas Litotes?
Penggunaan cara berbahasa litotes yang paling umum adalah menggunakan dua kata negatif untuk menyampaikan kalimat bermakna positif. Contohnya "Dia bukan orang jahat" yang berarti "Dia orang baik".
Kata "Bukan" dalam bahasa adalah salah satu kata yang membuat kalimatnya bermakna negatif. Begitu juga dengan kata "Jahat". Sehingga penggunaan kedua kata ini ke dalam satu kalimat membuat maknanya berubah menjadi positif.
Tapi ada juga bentuk litotes yang menggabungkan kata negatif dengan kata positif untuk menyampaikan kalimat negatif dengan lebih sopan. Contohnya "Keadaannya sedang tidak baik" yang artinya "Keadaan sedang buruk".
Salah satu alasan mengapa litotes dapat membuat cara komunikasi kita jadi terdengar lebih rendah hati karena kalimat singkat sering terdengar ketus layaknya sang penutur tidak mau berbicara panjang lebar dengan pendengarnya.
Pengertian Majas Litotes Menurut Ahli
Berdasarkan buku "The Oxford English Dictionary", litotes adalah sebuah cara berbicara yang mana afirmasi diekspresikan melalui kebalikan dari negatif.
Ward Farnsworth (14:204) pun menjelaskan hal serupa. Yaitu litotes hadir ketika pembicara menghindari afirmasi secara langsung dengan cara menyangkal hal yang berkebalikan. Sehingga muncullah dua unsur negatif dalam satu kalimat.
Ciri- ciri Majas Litotes
- Bertujuan untuk menyampaikan pesan secara rendah diri dengan menggunakan susunan kata yang lebih sopan dan lebih panjang
- Menggunakan kata-kata abstrak untuk menggambarkan maksud dan tujuan penutur
- Bisa menggunakan antonim dari kata tertentu untuk menyampaikan maksud yang sebenarnya adalah definisi kebalikannya
Contoh Majas Litotes Berdasarkan Jenisnya
Seperti yang sudah dikatakan tadi, contoh majas litotes bisa berbentuk kalimat negatif + negatif atau negatif + positif. Tapi sebenarnya, ada 3 bentuk atau sub-tipe dari majas ini, yaitu:
1. Litotes Kontradiktori (Negatif + Negatif)
Contradictory litotes adalah bentuk dimana ada dua unsur negatif dalam satu kalimat. Contohnya seperti yang paling umum tadi, "Saya tidak benci pada Anda" yang artinya "Saya masih suka" atau "Saya masih bisa menerima".
Dalam Bahasa Inggris, kata berunsur negatif bisa diawali dengan awalan un-, out, in- dan lain-lain. Tapi awalan seperti ini tidak ada dalam Bahasa Indonesia.
Sebagai gantinya kita menggunakan kata bermakna negatif, misalnya benci, marah, jahat, kacau, dan lain-lain.
2. Litotes Kontrari (Negatif + Antonim)
Tipe litotes kedua adalah contrary litotes, yaitu ketika awalan negatif diikuti dengan kata antonim dari kata yang dimaksudkan. Dalam Bahasa Indonesia, awalan negatif ini diganti menjadi kata "tidak". Misalnya "tidak baik" yang artinya jahat, "tidak buruk" artinya baik, "tidak suka" artinya benci, dan lain-lain.
Jenis litotes ini umumnya digunakan untuk mengutarakan hal buruk dengan cara lebih sopan.
Misalnya "Dia menjalani tugasnya dengan kurang tepat". Dibandingkan langsung berkata "Kamu salah", menggunakan majas litotes kontrari di atas akan terdengar lebih rendah hati.
3. Litotes Relatif (Negatif + Korelasi)
Terakhir, contoh majas litotes relatif digunakan ketika kita ingin menentukan untuk siapa kalimat ini dituturkan, tanpa menyebutkan langsung objeknya di dalam kalimat tersebut.
Contohnya "Bukan salah murid kenapa hasil ujian mereka banyak yang turun". Maksud dari kalimat tersebut adalah "Nilai ujian murid turun karena salah guru".
Namun di dalam kalimatnya, digunakan kata "bukan" sebagai bentuk negatif, dan "murid" sebagai korelasi dari objek yang ingin ditujukan oleh kalimat tersebut.
Kita mungkin bisa bicara dengan sopan secara natural sehari-hari. Sebab tata krama, intonasi, dan pemilihan kata bisa mempengaruhi seberapa sopan cara kita berbicara.
Tapi dengan mempelajari contoh majas litotes, kita bisa tetap terdengar sopan waktu berkomunikasi lewat tulisan yang tidak berintonasi.
0 komentar
Maaf, tidak diperkenankan berkomentar menggunakan atau mengandung tautan aktif