Jika dijelaskan secara literal, kamu pasti mengira gaya bahasa dalam cerita adalah bagaimana cara penulisan kalimat atau dialog pada cerita tersebut. Misalnya gaya bahasa formal, non-formal, kasar, dan semacamnya.
Padahal arti dari gaya bahasa tidak seperti itu. Walaupun sama-sama menjelaskan bagaimana sang penulis menggambarkan ceritanya, tapi gaya bahasa beda dengan gaya bicara pada cerita.
Nah, dalam artikel kali ini mari kita belajar bersama tentang apa itu gaya bahasa dalam cerita dan jenis-jenisnya.
Pengertian Gaya Bahasa pada Cerita
Beberapa dari kita mungkin sudah ada yang familiar dengan kata sarkasme, majas, atau sindiran. Ketiganya adalah contoh hal yang berkaitan dengan gaya bahasa dalam sebuah karya sastra maupun dalam berbahasa secara umum.
Kita juga bisa melihat novel berjudul "Kami Bukan (Jongos) Berdasi" karya J. S. Khairen. Novel tersebut punya gaya bahasa sarkasme yang sangat kuat, sebab di dalamnya berisikan sindiran-sindiran ke berbagai pihak.
Contoh lainnya adalah "Cut & Run" karya Abigail Roux dan Madeleine Urban. Walaupun genre-nya adalah misteri, namun buku tersebut mengandung banyak sindiran ke kehidupan sosial modern.
Contoh gaya bahasa cerpen pun sering kita temui di rubrik majalah maupun koran. Baik yang isinya tentang sindiran ke pemerintahan, hiperbola tentang topik yang sedang hangat, dan maupun perbandingan antara dua hal di dalam dan luar negeri.
Satu judul karya sastra sendiri bisa terdiri dari banyak gaya bahasa. Oleh karena itu analisis tentang gaya bahasa sebuah novel biasanya menyebutkan beberapa yang paling kuat atau paling bisa dicirikan.
Jenis-jenis Gaya Bahasa
- Penegasan
- Perbandingan
- Sindiran
- Pertentangan
Kita akan jelaskan masing-masing pengertian beserta contohnya secara terpisah agar lebih mudah dimengerti.
Gaya Bahasa Penegasan
Sesuai dengan namanya, gaya bahasa penegasan digunakan untuk menegaskan topik, ide pokok tertentu pada sebuah kalimat.
Penegasan sendiri dibagi menjadi 11 jenis, di antaranya:
Tautologi
Tautologi adalah pengulangan patah kata sebagai penekanan pada sebuah kalimat.
Contohnya: Pasti, pasti dia bisa melewati ujiannya.
Eksklamasi
Eksklamasi adalah kalimat yang menggunakan tanda seru (!). Dalam cerita, tanda baca ini sering diibaratkan sebagai teriakan, perintah, atau kalimat yang diucapkan dengan tegas.
Contohnya: Jangan kabur dari masalahmu!
Pleonasme
Pleonasme sebenarnya merupakan bentuk kalimat tidak efektif. Sebab di dalamnya terdapat penggunaan kata yang tidak efektif, tapi dengan tujuan mempertegas maksud dari kalimatnya.
Contohnya: Tolong jangan naik ke atas meja selama jam pelajaran.
Klimaks
Kita pasti sudah sering mendengar kata atau kalimat klimaks di dalam cerita. Tapi jika melihat dari segi gaya bahasa, klimaks adalah kalimat yang ditulis untuk menguraikan peristiwa yang semakin meningkat.
Anti-klimaks
Nah, anti-klimaks adalah kebalikan dari klimaks, dimana peristiwa yang diuraikan pada sebuah kalimat berangsur menurun,
Koreksio
Koreksio adalah gaya bahasa untuk memperbaiki atau mengoreksi ucapan sebelumnya, tapi disebutkan dalam satu kalimat.
Contohnya: Tadi dia, maksudku.. Bu Riska baru saja pulang.
Repetisi
Selanjutnya ada gaya bahasa dalam cerita dimana terjadi pengulangan prosa, yaitu repetisi.
Contohnya: Kita yakin, kita harus yakin bisa menyelesaikannya.
Paralelisme
Paralelisme adalah contoh pengulangan kata yang lebih puitis.
Contohnya: Cepat atau lambat, Ujian Akhir Semester pasti akan datang segera mungkin
Enumarasi
Enumerasi adalah kalimat yang di dalamnya terdapat daftar tentang topik yang mau dibicarakan.
Contohnya: Hanya ada tiga orang yang datang kemarin, aku, Andi, dan Lale.
Retoris
Retoris adalah gaya bahasa yang kalimat yang menegaskan kesalahan, alasan, atau penyebab seseorang merasa marah, tapi dalam bentuk pertanyaan.
Contohnya: Sudah jam segini, kamu dari mana saja?
Inversi
Dan yang terakhir adalah inversi, yaitu kalimat yang subjeknya berada di depan predikat.
Contohnya: Indah sekali pemandangannya
Gaya Bahasa Perbandingan
Gaya bahasa perbandingan sebenarnya ada 6, yaitu:
- Sinekdoke
- Simile
- Alegori
- Personifikasi
- Metafora
- Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi adalah gaya bahasa yang membandingkan dua hal berbeda dengan maksud yang sama.
Contohnya: Wajahnya berkilau seperti bintang
Personifikasi
Personifikasi adalah pemberian karakteristik pada benda yang tidak hidup.
Contohnya: Langit pun menangis melihat kerja kerasnya terbuang sia-sia
Metafora
Gaya bahasa metafora merupakan cara mengungkapkan kalimat lewat perumpamaan atau istilah.
Contohnya: Si kutu buku yang selalu menghabiskan waktunya di perpustakaan.
Sinekdoke
Sinekdoke juga mirip seperti ungkapan atau metafora, tapi diucapkan dengan kata yang lebih masuk akal walaupun tetap di luar dari arti kata tersebut.
Contohnya: Produk itu terkenal karena dipromosikan dari mulut ke mulut
Simile
Terakhir adalah simile, yaitu perbandingan dua hal menggunakan kata penghubung.
Contohnya: Seperti pinang dibelah dua.
Gaya Bahasa Sindiran
Berikutnya ada gaya bahasa sindiran yang sering kita dengar. Sarkasme adalah salah satu contoh sindiran paling umum di dalam dunia sastra. Selain itu, masih ada bentuk sindiran lainnya seperti:
- Ironi
- Sinisme
Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing bentuk sindiran.
Sarkasme
Sarkasme merupakan bentuk sindiran paling kasar dan menyakitkan. Tidak selamanya sarkasme diucapkan lewat kalimat yang halus.
Justru dari bentuk aslinya, sarkasme merupakan sindiran vokal atau eksplisit dalam sebuah kalimat.
Contohnya: Kamu kalau kerja bisa serius ga sih?
Sinisme
Sindiran dalam bentuk sinisme juga sama seperti sarkasme, yaitu diucapkan dengan vokal dan bisa langsung dimengerti oleh lawan bicara.
Namun kata-kata yang digunakan cenderung tidak kasar.
Contohnya: Merokok di dalam jam pelajaran seperti itu adalah kelakukan siswa tercela
Ironi
Yang terakhir adalah bentuk sindiran paling halus. Sang lawan bicara bisa saja tidak menyadari bahwa ucapan tersebut merupakan sebuah sindiran.
Contohnya: Kami pasti pintar sekali, sampai rapotmu warnanya merah semua.
Gaya Bahasa Pertentangan
Yang terakhir ada gaya bahasa pertentangan. Gaya bahasa ini pun dibagi ke dalam beberapa bentuk, yaitu:
- Hiperbola
- Antitesis
- Paradoks
- Litotes
Mari kita lihat apa saja perbedaannya.
Hiperbola
Hiperbola merupakan bentuk kalimat yang melebih-lebihkan suatu peristiwa.
Contohnya: Saking kencangnya, tendangannya sampai ke langit
Antitesis
Antitesis merupakan bentuk kalimat yang di dalamnya terdapat dua hal berkebalikan.
Contohnya: Cepat atau lambat, siap maupun tidak, kita harus menghadapinya.
Paradoks
Bentuk paradoks merupakan kalimat yang saling bertentangan dari segi artinya.
Contohnya: Semua uang ini malah menyadarkan betapa miskinnya aku
Litotes
Litotes merupakan cara meungkapkan suatu kalimat dengan cara merendah atau mengecilkan subjeknya dulu.
Contohnya: Karena tumbuh dalam ekonomi pas-pasan, aku harus menabung sampai jadi orang kaya.
Seperti yang dikatakan tadi, gaya bahasa dalam cerita bisa ada lebih dari satu. Tapi selalu ada ciri khas paling kuat dalam novel maupun sang penulis karya tersebut.
Contohnya seperti novel karya George Orwell sangat khas dengan gaya bahasa sarkasme karena ia merupakan penulis satir.
0 komentar
Maaf, tidak diperkenankan berkomentar menggunakan atau mengandung tautan aktif