Kita semua pasti menggunakan Bahasa Indonesia setiap hari, tapi apakah kamu tahu hakikat Bahasa Indonesia?
Lahir dan tumbuh di Indonesia membuat kita berbahasa Indonesia secara natural sebagai mother language atau bahasa ibu. Oleh sebab itu, sebagian besar dari kita lupa, atau bahkan tidak paham sama sekali hakikat dari bahasa yang kita gunakan sehari-hari.
Materi tentang hakikat bahasa pun tidak diajari secara formal di bangku sekolah. Alhasil, sedikit demi sedikit masyarakat Indonesia berkomunikasi menggunakan bahasa yang tidak mereka pahami maknanya sama sekali.
Oleh karena itu dalam artikel ini kita memperkenalkan kamu terhadap hakikat sebuah bahasa agar dapat menghormati dan menghargai cara kita berbahasa setiap hari.
Pentingnya Memahami Hakikat Bahasa
Sederhananya, bahasa cara komunikasi yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Dengan mempelajari sebuah bahasa, artinya kita memahami kompleksitas sebuah sistem kata, struktur, dan grammar untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Seperti yang sudah disebutkan tadi, kebanyakan dari kita mempelajari Bahasa Indonesia secara natural, dimana semakin dewasa, kita semakin fasih dan dapat menyampaikan isi pikiran dengan lebih akurat.
Walaupun bahasa bukan satu-satunya media untuk berkomunikasi, namun memahami hakikat bahasa, baik itu bahasa isyarat, Bahasa Indonesia, maupun bahasa asing, akan membantu kamu memahami alasan kenapa manusia dapat menyampaikan keinginan melalui rangkaian kata.
Asal-usul Bahasa berdasarkan Pendekatannya
Dalam memahami asal-usul bahasa, ada 2 pendekatan yang digunakan oleh ahli antropologi, yaitu pendekatan tradisional, dan pendekatan modern.
Pendekatan Tradisional
Jika dilihat dengan pendekatan tradisional, bahasa berasal langsung dari Tuhan ke manusia pertama di dunia. Teori ini disebut dengan nama divine origin, yaitu teori berdasarkan kepercayaan.
Meskipun begitu, teori ini memiliki satu pertentangan dimana setiap ahli antropologi berpendapat Tuhan berkomunikasi dengan manusia pertama menggunakan bahasa mereka masing-masing. Sebagai contoh pada abad ke-18, dikatakan bahwa Tuhan berkomunikasi menggunakan Bahasa Hebrew atau Ibrani, sedangkan di abad ke-17 menurut ahli filologi dari Swedia, dikatakan bahwa Tuhan berkomunikasi dengan Bahasa Swedia.
Begitu pun dengan ahli antropologi dan filologi dari masing-masing negara.
Pada tahun 1800 hingga 1900, lahir teori bernama nativistic theory oleh Max Muller. Teori ini menjelaskan tentang bagaimana bahasa lahir secara alami, yang mana sejalan dengan teori sebelumnya hasil buah pikir dari Socrates.
Pendekatan Modern
Dalam pendekatan modern, teori hakikat bahasa sudah tidak menyangkut-pautkan tuhan lagi. Justru, kebanyakan teori dengan pendekatan ini lebih memperjelas tentang anugerah yang diberikan Tuhan kepada manusia dalam memahami dan menciptakan sebuah bahasa.
Otto Jespersen menjelaskan bahwa asal-usul bahasa mirip dengan cara bayi berkomunikasi. Ketika masih kecil, bayi mengeluarkan suara-suara tanpa arti yang jelas alias arbiter. Namun seiring tumbuh dewasa, bayi tersebut mulai bisa membentuk suara arbiternya menjadi sebuah kata dari bahasa yang digunakan oleh orang tuanya.
Hakikat Bahasa Menurut Para Ahli
Selain tulisan, bahasa juga bisa dikomunikasikan melalui simbol, layaknya yang dilakukan oleh masyarakat China, Mesir, dan Jepang.
Hakikat Bahasa Menurut Gorys Keraf (2001)
Bahasa merupakan alat komunikasi antar masyarakat berupa bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Sebagai makhluk sosial, manusia butuh adanya komunikasi bahasa dengan sesama demi memenuhi kebutuhan sosial mereka.
Selain itu, bahasa juga bisa dilakukan dengan gerakan, baik yang memiliki sistem khusus seperti bahasa isyarat, maupun tanpa gerakan khusus seperti bahasa tubuh.
Abdul Chaer (2010)
Menurut Abdul Chaer, bahasa dapat didefinisikan sebagai sebuah lambang bunyi dengan sifat arbitrer dan digunakan oleh manusia sebagai alat interaksi sosial, khususnya untuk berkomunikasi.
Anton Moeliono (2007)
Hakikat bahasa menurut Anton Moeliono adalah bunyi yang arbiter, alias berubah-ubah, dan digunakan oleh anggota sebuah masyarakat untuk bekerja sama, mengidentifikasi diri, serta berinteraksi satu dengan lainnya.
Welfridus Josephus Sabarija Poerwadarminta (2007)
Hakikat bahasa menurut Poerwadarminta adalah sistem lambang berupa sembarang bunyi, tepatnya disebut bunyi bahasa.
Bunyi bahasa ini dipakai oleh orang untuk melahirkan pikiran, menyampaikan perasaan, serta memperluas pengetahuan melalui komunikasi.
Mario Pei (1980)
Hakikat bahasa menurut Mario Pei dapat diartikan sebagai sistem komunikasi menggunakan organ ucapan, pendengaran, dan suara. Pada anggota komunitas tertentu, ditambahkan simbol vokal dengan makna konvensional yang arbiter sebagai media berbahasa.
Mario Pei sendiri merupakan ahli linguistic keturunan Amerika-Italia. Sehingga ia menjelaskan tentang hakikat sebuah bahasa secara universal, bukan tertutup tentang Bahasa Indonesia saja.
Kamus Merriam-Webster
Terakhir, Merriam-webster mengartikan bahasa sebagai sebuah cara sistematis untuk berkomunikasi dengan menyampaikan gagasan atau perasaan menggunakan tanda, gerak tubuh, suara, atau tanda konvensional.
Hakikat Bahasa Indonesia
Hakikat bahasa secara universal juga dapat diaplikasikan kepada Bahasa Indonesia. Seperti yang sudah disampaikan para ahli linguistik dalam negeri, seperti Keraf, Moeliono, dan Poerwadarminta, pada hakikatnya bahasa merupakan sebuah media komunikasi berupa lambang bunyi arbiter untuk menyampaikan perasaan atau isi pikiran sebagai sarana berinteraksi sosial.
Sedangkan linguistik luar negeri secara universal menjelaskan bahwa bahasa merupakan cara sistematis untuk berkomunikasi menggunakan organ pendengaran, organ ucapan, dan gerakan tubuh.
Ciri-ciri Bahasa
- Merupakan sebuah sistem
- Berwujud lambang
- Berupa bunyi
- Bersifat arbiter
- Bermakna
- Bersifat konvensional
- Bersifat unik
- Bersifat universal
- Bersifat produktif
- Bervariasi
- Bersifat dinamis
- Bersifat manusiawi
Mari makna dari tiap sifat atau ciri bahasa di atas berikut ini.
Bahasa adalah Sebuah Sistem
Hakikat bahasa adalah sebuah sistem artinya adalah tiap bahasa memiliki susunan, struktur, pola dan bentuk secara keseluruhan untuk membentuk makna tertentu.
Sistem hanya dapat dibentuk bila ada komponen, elemen, atau unsur yang saling behubungan secara fungsional. Dalam bahasa, elemen perlu disusun dengan dua cara, yaitu sistemis dan sistematis.
Bahasa yang disusun secara sistematis artinya harus mengikuti pola tertentu. Contohnya "Saya membaca buku" adalah elemen bahasa yang disusun secara teratur, sedangkan "Membaca saya buku" adalah elemen yang sama namun dengan pola tidak teratur.
Sedangkan sistemis adalah subsistem-subsistem dalam aturan berbahasa, misalnya sintaksis, morfologi, fonologi, semantik, dan masih banyak lagi.
Hakikat Bahasa sebagai Sebuah Lambang
Bahasa dan lambang adalah dua hal yang selalu berhubungan dalam sebuah cara berkomunikasi.
Walaupun bukan digunakan sebagai huruf atau fonologi, pada hakikatnya lambang selalu digunakan untuk menyampaikan sesuatu dalam bahasa apapun.
Sebagai contoh di Indonesia, lambang pohon beringin dimaknai sebagai persatuan Indonesia. Padahal tidak ada huruf maupun arti secara etimologi dalam Bahasa Indonesia yang mengartikan pohon beringin sebagai persatuan.
Itulah yang dimaksud dari hakikat bahasa sebagai sebuah lambang atau simbol.
Bahasa adalah Bunyi
Bunyi yang dimaksud sebagai ciri bahasa adalah bunyi yang dihasilkan dari alat ucap layaknya penjelasan dari Gorys Keraf.
Bunyi bahasa sendiri merupakan satuan bunyi dari alat ucap manusia yang digambarkan sebagai fon dalam "fonetik' dan fonem dalam "fonemik:.
Alwasilah (1985) menjelaskan juga bahwa tulisan merupakan salah satu kegiatan untuk melestarikan ucapan. Sebab pada zaman dulu, tulisan digunakan sebagai pengingat atau menghafal sebuah wacana yang awalnya hanya berupa bunyi.
Bahasa Bersifat Arbiter
Arbiter atau arbritrary artinya manasuka alias tanpa alasan yang jelas. Sedangkan yang dimaksud bahasa hakikatnya bersifat arbiter adalah tidak ada alasan yang jelas menggunakan kata-kata dalam bahasa dinamakan kata tersebut.
Sebagai contoh, tidak ada alasan yang jelas mengapa benda yang kita duduki setiap hari diberi nama kursi. Begitupun tidak ada alasan mengapa dalam Bahasa Jepang kata tua (furui) ditulis dengans simbol bermakna sepuluh dan mulut.
Semua itu terbentuk sendiri dari masing-masing masyarakat penutur bahasa mereka. Kemudian, masyarakat generasi berikutnya secara konvensional akan mengikuti kebiasaan yang terbentuk dari orang tua mereka.
Bahasa Selalu Bermakna
Setiap bahasa selalu memiliki makna, bahkan dalam bentuk terkecil pun seperti kalimat, frasa, atau kata.
Tingkatan linguistik dari bentuk atau satuan bahasa akan mengubah jenis dan makna mereka juga.
Artinya, ucapan secara asal tanpa makna atau bunyi tanpa makna walaupun keluar dari alat ucap tidak dianggap sebagai bahasa. Sebagai contoh, batuk dan bersin sama-sama mengeluarkan bunyi dari alat ucap. Namun keduanya tidak memiliki makna secara linguistik, sehingga tidak dianggap sebagai bahasa.
Bahasa Bersifat Konvensional
Sebelumnya sudah disinggung bagaimana masyarakat menuturkan bahasa secara konvensional alias melalui kebiasaan.
Dari bunyi-bunyi arbiter bermakna yang dikeluarkan oleh generasi sebelumnya, masyarakat akan mengikuti bahwa kata tertentu bermakna tertentu sesuai dengan kebiasaan atau aturan yang sudah dipahami oleh generasi tua.
Ketika ada masyarakat yang ingin menciptakan atau mengubah makna suatu kata dari kebiasaan awalnya, maka akan terjadi hambatan komunikasi. Namun hal ini bukanlah hal yang tidak mungkin, sebab hakikatnya bahasa selalu berubah dan memiliki sifat dinamis.
Bahasa Bersifat Unik
Pada hakikatnya, bahasa juga bersifat unik. Artinya setiap bahasa punya ciri khas spesifik yang tidak ditemukan dalam bahasa lain.
Keunikan ini bisa berupa lantunan suara, cara berucap, grammar, struktur, susunan kata, dan masih banyak lagi.
Contohnya, kalimat dengan susunan kata yang sama bisa bermakna sebagai kalimat tanya atau kalimat berita, tergantung bagaimana cara orang yang mengucapkannya.
Begitupun dengan struktur frasa bahasa Indonesia yang berkebalikan dengan Bahasa Latin lainnya, dimana Bahasa Indonesia berstruktur Menerangkan Diterangkan, sedangkan Bahasa Latin lain seperti Bahasa Inggris berstruktur Diterangkan Menerangkan.
Bahasa Bersifat Universal
Walaupun setiap bahasa punya ciri khas dan keunikan masing-masing, semua bahasa juga punya satu kesamaan secara universal. Contohnya, setiap bahasa pasti punya kategori nominal, verba, kata tanya, adverbia, adjektiva, dan masih banyak lagi.
Beberapa kata yang berasal dari satu akar bahasa sama juga akan memiliki banyak kemiripan. Contohnya bagaimana Bahasa China, Korea, dan Jepang punya banyak kesamaan dari segi penulisan maupun bunyi ucapan.
Sama halnya juga dengan Bahasa Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Brunei yang berakar dari Bahasa Melayu.
Setiap bahasa juga punya unsur konsonan dan vokal dalam tulisannya serta punya satuan bahasa yang bermakna.
Sifat bahasa yang universal ini memudahkan manusia ketika ingin mempelajari bahasa baru di luar mother language mereka. Bahkan untuk bahasa yang tidak berasal dari satu akar sekalipun, seperti masyarakat berbahasa Indonesia dapat mempelajari Bahasa Inggris dengan mudah.
Bahasa Bersifat Produktif
Bahasa bersifat produktif artinya bukan bahasa selalu menghasilkan kata-kata baru. Justru, sifat produktif dalam bahasa bermakna susunan sebuah fonem dan konsonan dapat menghasilkan frasa maupun kata tanpa batas.
Bahasa Bersifat Bervariasi
Menurut Chaer, ada 3 jenis variasi dalam bahasa. yaitu:
- Dialek
- Idiolek
- Ragam
Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok masyarakat pada suatu tempat tertentu. Sebagai contoh, ada Bahasa Sunda, Bahasa Jawa, Bahasa Madura, Bahasa Aceh, dan lain-lain yang terbentuk karena kelompok masyarakat tinggal dan berkomunikasi di satu kawasan tertentu.
Idiolek artinya adalah variasi bahasa yang sifatnya lebih sempit, artinya hanya digunakan oleh satu orang atau satu komunitas kecil saja. Idiolek juga sering disebut sebagai gaya bahasa, namun kita akan membahas lebih dalam tentang hakikat gaya bahasa nanti.
Terakhir adalah ragam, yaitu variasi yang digunakan dalam situasi atau lawan bicara tertentu. Contoh ragam bahasa adalah bahasa formal, bahasa santai, dan bahasa kasar.
Bahasa Bersifat Dinamis
Hakikat bahasa bersifat dinamis juga sudah disinggung sedikit tadi.
Ketika ada orang atau kelompok masyarakat yang tidak menggunakan bahasa secara konvensional, maka akan terjadi hambatan dalam berkomunikasi. Pilihannya adalah apakah masyarakat lain ingin mengikuti kebiasaan baru dan memaknai kata-kata yang sama dengan makna baru, atau tetap mempertahankan makna lama.
Sebagai contoh, kata "Sarjana" awalnya dimaknai sebagai seorang cendekiawan, baik punya pendidikan formal maupun tidak.
Namun kebiasaan baru muncul, dimana kata "Sarjana" dimaknai sebagai seorang lulusan perguruan tinggi, baik ia merupakan seorang cendekia dengan pemikiran kritis, atau hanya mantan mahasiswa yang selalu titip absen di setiap kelas.
Bahasa Itu Manusiawi
Terakhir, bahasa, khususnya bahasa ucap, pada hakikatnya adalah sebuah alat komunikasi yang hanya bisa digunakan oleh manusia.
Berbagai penelitian sudah dilakukan yang membuktikan bahwa binatang tidak memiliki satuan komunikasi layaknya manusia. Meskipun dapat mengeluarkan bunyi dari alat ucap, bahkan dapat menirukan bahasa manusia, namun hewan tidak menggunakan media tersebut untuk berkomunikasi.
Hakikat Gaya Bahasa
Menurut Gorys Keraf (2000), gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan sebutan style. Kata ini berasal dari Bahasa Latin, stilus, yang artinya alat untuk menulis pada lempengan lilin. Kemampuan seseorang dalam menggunakan stilus akan menentukan apakah tulisan mereka dapat dibaca atau tidak.
Gaya bahasa adalah cara untuk menyampaikan isi pikiran dengan bahasa khas dan memperlihatkan kepribadian dari penulis atau orang yang berucap.
Berbeda dengan Chaer, 3 unsur dalam gaya bahasa menurut Gorys Keraf adalah:
- Sopan Santun
- Kejujuran
- Menarik
Jadi bisa disimpulkan, hakikat gaya bahasa adalah ilmu kebahasaan yang mengandung unsur keindahan dan ciri khas dari penutur dalam berbahasa.
Setelah memahami hakikat bahasa, diharapkan kamu bisa mengerti mengapa bahasa dengan aturan-aturan, ciri khas, kemiripan, atau dinamisme seperti yang kita alami setiap saat.
Sehingga kamu tidak perlu heran jika ada kata dalam bahasa asing yang mirip dengan Bahasa Indonesia, atau jika anak muda jaman sekarang menggunakan kata tertentu dengan makna berbeda dengan makna awalnya.
0 komentar
Maaf, tidak diperkenankan berkomentar menggunakan atau mengandung tautan aktif